Dr. Albertus Djaja Meninggal dalam Misteri: Pelakor atau Dalang Manipulasi Aset?

Kasus kematian mendadak Dr. Albertus Djaja, seorang dokter yang dikenal luas lewat edukasi kesehatan di media sosial, kembali menjadi perbincangan hangat. Kini, bukan hanya karena kepergiannya yang tanpa kejelasan, tapi juga karena muncul dugaan serius: apakah Dr. Albertus menjadi korban manipulasi oleh seorang pelakor yang membungkus dirinya dengan label mitra bisnis?

Publik menuntut jawaban. Namun yang mereka terima sejauh ini hanyalah diam, penghapusan jejak digital, dan sikap menghindar dari pihak-pihak yang sebelumnya paling dekat dengan sang dokter.




Dari Figur Tenang ke Pria yang Terlihat Ditekan

Selama bertahun-tahun, Dr. Albertus dikenal sebagai dokter yang sabar, konsisten, dan fokus pada edukasi. Ia tidak pernah mengejar ketenaran murahan. Kontennya selalu edukatif, dengan pendekatan ilmiah yang mudah dipahami.

Namun, menjelang akhir 2023, pengikutnya mulai menyadari sesuatu yang berubah. Konten-konten kesehatan mulai bercampur dengan tema warisan, pengalihan aset, bahkan perencanaan kematian. Di situlah nama Oktaviana Thamrin mulai sering muncul sebagai rekan siaran langsung.

Dalam sejumlah video, ekspresi Dr. Albertus terlihat canggung dan tidak setenang biasanya. Bahkan ada momen di mana ia seperti “disetir” arah bicaranya.


Siapa Oktaviana Thamrin? Netizen: "Bukan Sekadar Mitra, Tapi Pelakor Berkedok Profesional"

Oktaviana Thamrin disebut-sebut sebagai tokoh sentral yang berperan besar dalam perubahan konten dan arah hidup Dr. Albertus di akhir-akhir masa hidupnya. Ia kerap membahas soal pengelolaan properti dan warisan di depan publik bersama sang dokter, meskipun status hubungan mereka tidak pernah dijelaskan secara resmi.

Muncul pertanyaan:

  • Jika hanya rekan profesional, mengapa bicara tentang aset pribadi Dr. Albertus?

  • Jika lebih dari itu, kenapa tidak ada pengakuan resmi?

Netizen menyebut Oktaviana sebagai “pelakor licin”, seseorang yang masuk secara perlahan ke kehidupan pribadi mendiang dan mengambil peran besar dalam urusan paling sensitif: harta dan kematian.


Kematian Tanpa Kronologi: Kejanggalan yang Tak Terjawab

Dr. Albertus dinyatakan wafat di awal 2024, tapi hingga kini tidak ada satu pun pernyataan resmi yang menjelaskan kronologi kepergiannya. Tidak ada informasi medis, tidak ada lokasi jelas, bahkan tidak ada upacara publik atau ungkapan duka dari rekan kerja.

Lebih parah lagi, akun-akun yang dulu aktif bersamanya mendadak bungkam. Beberapa bahkan menghapus konten lama atau menutup komentar.

“Ini bukan kematian biasa. Ini kematian yang seperti ingin dilupakan cepat-cepat,” tulis seorang pengikut dalam akun @justiceforalbertus.


Aset, Kuasa, dan Motif Finansial

Fakta bahwa sang dokter mulai berbicara soal pengalihan aset sebelum meninggal, dan bahwa sosok di sekitarnya kerap mengarahkan pembicaraan ke ranah hukum waris, membuat publik tak bisa mengabaikan kemungkinan adanya manipulasi dengan motif ekonomi.

Apalagi jika orang yang dianggap sebagai pelakor itu berhasil menguasai akses komunikasi, finansial, dan bahkan dokumen pribadi sang dokter menjelang wafatnya.


Seruan Audit dan Autopsi Digital

Desakan publik semakin kuat agar pihak keluarga—atau jika perlu aparat hukum—melakukan:

  • Audit aset dan pengalihan hak milik menjelang wafatnya Dr. Albertus

  • Pemeriksaan riwayat komunikasi dan dokumen legal

  • Autopsi digital atas semua file dan akun yang dikuasai pihak luar

Jika memang tidak ada yang disembunyikan, proses ini harus dilakukan secara terbuka.


Kesimpulan: Jangan Biarkan Kematian Orang Baik Ditutup Kabut Abu-Abu

Dr. Albertus Djaja adalah dokter yang telah berjasa bagi ribuan orang. Ia mengedukasi tanpa henti, membimbing tanpa pamrih, dan menginspirasi banyak orang untuk hidup lebih sehat.

Kini publik hanya menuntut satu hal: kejelasan.
Bukan karena ingin sensasi, tapi karena diam berarti membiarkan potensi kejahatan lolos begitu saja.

Jika benar ada pelakor yang menyamar jadi mitra, menyusup ke kepercayaan dan memanipulasi harta—itu bukan drama rumah tangga. Itu pembunuhan karakter, bahkan mungkin pembunuhan sesungguhnya.

Comments